Minggu, 28 Juni 2009

Peran Orangtua dalam Pembentukan Jati Diri Remaja

Konsep diri yang salah bisa disebabkan karena beberapa sebab. Selain karena pemahaman teologia yang salah, bisa juga disebabkan karena masukan yang salah dari lingkungan, terutama keluarga. Sajian kaset TELAGA [No. 48A] yang berisi percakapan dengan Dr. Paul Gunadi berikut ini akan menolong kita untuk mengerti lebih jelas tentang bagaimana keluarga dapat mempengaruhi pembentukan konsep diri anak.

PERAN ORANGTUA DALAM PEMBENTUKAN JATI DIRI REMAJA

T: Kita sering mendengar istilah "jati diri", apa sebenarnya yang
     dimaksud dengan jati diri atau konsep diri?
J: Suatu pengetahuan tentang siapa kita, karena setiap kita pasti

mempunyai gambaran tentang siapakah kita ini. Memang gambaran ini
tidak selalu sama, karena konsep diri juga dipengaruhi oleh hal-
hal yang kita alami pada masa yang lalu.


T: Bagaimana caranya supaya anak remaja memiliki konsep diri yang
benar?
J: Yang diperlukan di sini adalah masukan dari orang tua atau dari
keluarga. Nah, otomatis ini tidak bisa terjadi ketika anak sudah
menginjak usia remaja. Ini harus terjadi sejak usia yang paling
dini. Contoh: sewaktu anak bayi digendong oleh orang tua dan
dikatakan, "Aduh senyummu bagus", "Aduh ketawamu lucu". Nah, ini
menjadi masukan si bayi. Meskipun bayi belum tahu apa yang
dikatakan orang tuanya tapi si bayi bisa merasakan bahwa yang
dikatakan orang tuanya itu sesuatu yang baik, sesuatu yang
menyenangkan. Jadi perasaan yang baik yang disalurkan kepada si
bayi membuat si bayi juga merasa tenang. Ketika anak-anak
menangis ibu biasanya akan mencoba menenangkan si bayi dengan
menyanyi lagu yang lembut atau mengajaknya bicara atau
bersenandung. Tidak ada bayi yang sedang menangis yang dapat
ditenangkan dengan hardikan-hardikan atau suara keras. Anak bisa
menangkap getaran dan emosi si ibu itu. Nah, dari hal kecil-kecil
seperti itu sebetulnya orang tua sudah mulai berkomunikasi dengan
si anak. Meskipun hanya sepihak dan belum melibatkan kemampuan
berpikir yang canggih, tapi ini pun penting.

T: Sebenarnya mulai kapan anak membutuhkan konsep diri/jati diri
yang jelas?
J: Dia mulai membutuhkannya serius pada masa dia memasuki usia
remaja, kira-kira usia 12 tahun, di situlah anak sebetulnya sudah
harus memiliki secara mendasar gambaran tentang siapa dia. Jika
dia jelas maka dia bisa masuk ke dalam usia remajanya dengan
lebih aman. Kalau ada masukan-masukan dari teman yang bertolak
belakang dari yang dia terima dari orang tuanya, dia memiliki
kesempatan untuk membandingkan dan mengevaluasi mana yang benar.
Kalau orangtua tidak memberikan sama sekali masukan kepadanya,
dia akan menerima apa yang diberikan dari teman-temannya.

T: Tadi dikatakan, dasar konsep diri dibangun sejak dari kecil. Nah,
sampai usia 12 tahun, apakah peran orangtua?
J: Mereka harus bisa mengkomunikasikan kepada anak bahwa mereka
penting, mereka berharga dan mereka dikasihi. Orangtua juga perlu
memberikan keyakinan kepada anak bahwa mereka baik, dan mereka
bisa menjadi lebih baik. Di sini orangtua perlu mengarahkan anak
ke mana dia harus bertindak atau pergi, dengan siapa dia bergaul,
hidup seperti apa yang baik, dll. Hal-hal seperti ini perlu
dikomunikasikan kepada si anak dan ini bisa disampaikannya dengan
cara yang sangat informal.

T: Apakah kita sebagai orang tua bisa mengetahui apakah anak kita
sudah menemukan jati dirinya atau belum?
J: Saya kira kita bisa mendeteksinya dengan cara melihat seberapa
mudah dia terombang-ambing. Anak yang mudah terombang-ambing
saya kira memperlihatkan bahwa proses pembentukan jati dirinya
belum mantap. Pembentukan jati diri bisa memakan waktu yang lama,
tapi tidak semua anak sama, ada yang lamban, ada yang cepat. Nah,
untuk yang lebih lamban, mungkin saja karena anak cenderung lebih
nakal, lebih badung, dsb. sehingga membuat dia lebih banyak
bergumul untuk menggabungkan masukan dari orangtua dan masukan
dari teman-temannya.

T: Apakah seseorang yang sekali menemukan jati dirinya dia akan
tetap di situ atau dia suatu saat bisa berubah lagi?
J: Dia akan mempertahankan bagian dasar dari konsep dirinya, tapi
ia akan terus memoles dan menambahkan dengan masukan yang baru.
Yang tidak relevan akan ditinggalkan, kemudian dia masukkan yang
baru, demikian terus-menerus menjadi suatu proses yang dinamis.

T: Apa yang Alkitab katakan sehubungan dengan peran orang tua dalam
pembentukan jati diri anak?
J: Amsal 1:8 berkata: "Hai anak-Ku dengarlah didikan ayahmu dan
jangan menyia-nyiakan ajaran ibumu. Sebab karangan bunga yang
indah itu bagi kepalamu dan suatu kalung bagi lehermu." Jadi
memang Tuhan meminta anak-anak mendengarkan didikan orangtua
ibaratnya seperti karangan bunga atau kalung bagi leher si anak
yang akan menghiasi si anak. Tugas orang tua sudah pasti adalah
memberi didikan dan memberi ajaran, dan hal ini tidak boleh
berhenti karena itu memang tugas yang Tuhan embankan.
Sumber
Halaman:
--
Judul Artikel:
TELAGA - Kaset T048A (e-Konsel Edisi 007)
Penerbit:
--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar